Senin, 22 Februari 2016

ANALISIS PUISI “KARENA KATA” KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO



ANALISIS PUISI BERDASARKAN STRATA NORMA ROMAN INGERDEN DALAM PUISI “KARENA KATA” KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO
 

Karena Kata
(Sapardi Djoko Damono)

Karena tak dapat kutemukan
Kata yang paling sepi
Kutelantarkan hati sendiri

Karena tak dapat kuucapkan
Kata yang paling rindu
Kubiarkan hasrat membelenggu

Karena tak dapat kuungkapkan
Kata yang paling cinta
Kupasrahkan saja dalam doa


1.      Lapis bunyi
Lapis bunyi ini terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi merupakan pengulangan bunyi vokal yang sama pada kata atau perkataan yang berurutan dalam baris-baris puisi. Pengulangan ini menimbulkan kesan kehalusan, kelembutan, kemerduan, atau keindahan bunyi, sedangkan aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan yang sama dalam baris-baris puisi, biasanya pada awal kata atau perkataan yang berurutan. Pengulangan seperti itu menimbulkan kesan keindahan bunyi.

a.       Dalam bait pertama terdapat asonansi “a” dan “i” pada kata “karena”, “tak”, “dapat”, “kata”, “paling”, “sepi”, “hati”, “sendiri”. Terdapat juga aliterasi “t” pada kata “tak”, “dapat”, “kata”, “kutelantarkan”, “hati”
b.      Dalam bait kedua terdapat asonansi “i” dan “u” pada kata “paling”, “rindu”, “kubiarkan”, “kuucapkan”, “membelenggu”. Aliterasi “ng” pada kata “yang”, “paling”, “membelenggu”.
c.       Dalam bait ketiga terdapat asonansi “a”, “i”, “u” pada kata “karena”, “tak”, “dapat”, “saja”, “doa”, “paling”, “cinta”, “kuungkapkan”, “kupasrahkan”.

2.      Lapis arti
Setiap diksi dalam puisi telah melalui pemilihan kata yang demikian ketat oleh penyair. Hal itu sangat mungkin disebabkan oleh pemadatan yang menjadi salah satu ciri puisi. Pemilihan diksi tersebut akhirnya mengakibatkan impres tertentu pada pembacanya. Lapis arti (units of meaning) ialah arti yang terdapat dalam tiap satuan sajak. Mulai dari fonem, kata, kalimat, dan seterusnya (Rachmat Djoko Pradopo, 2002:17). Lapis arti terbagi dalam kosa kata, citraan, dan sarana retorika. Dengan menggunakan lapis ini, arti dalam tiap diksi bisa semakin dekat dengan keobjektifan, tentu dengan dihubungkan dengan lapis-lapis lainnya.

a.       Bait pertama dapat diartikan bahwa tiada kata yang dapat mewakili keadaan yang begitu sepi sehingga pengarang memutuskan untuk pasrah dengan hati yang terlantar.
b.      Bait kedua memiliki arti pengarang tak dapat menemukan kata yang melebihi arti dari kata rindu, sehingga pengarang memutuskan untuk membiarkan hatinya terbelenggu.
c.       Bait ketiga dapat dimaknai bahwa kata cinta masih belum dapat mewakili perasaannya yang begitu mendalam, sehingga pengarang memasrahkan semuanya pada doa – doa yang dipanjatkan.


3.      Lapis pengarang
Wujud dari lapis ketiga ini ialah objek-objek yang dikemukakan di dalam sajak, latar, pelaku, dan dunia pengarang. Dunia pengarang adalah ceritanya, yang merupakan dunia yang diciptakan oleh si pengarang. Ini merupakan gabungan dan jalinan antara objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku, serta struktur ceritanya (alur). (Rachmat Djoko Pradopo, 2002:18). 
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka, yang dikenal lewat berbagai puisi-puisinya, yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer. Dalam puisi diatas pengarang memberikan dengan jelas bahwa objek yang ditekankan adalah perasaan perasaan yang begitu mendalam sehingga tak mampu di ungkapkan dengan kata – kata yang ada.

4.      Lapis dunia 
Lapis pembentuk makna dalam sajak ialah lapis ‘dunia’ yang tak dinyatakan, namun sudah ‘implisit’ (Rachmat Djoko Pradopo, 2002:18). Lapis dunia menunjukkan perbedaan makna dari peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam bait – bait diatas pengarang menggambarkan bahwa banyak sekali perasaan – perasaan yang tak mampu di ungkapkan dengan kata – kata. Yang pada akhirnya hanya ada perasaan pasrah dan doa yang terpanjat.
  
5.      Lapis metafisik
Lapisan ini disebut juga lapis metafisik yang menyebabkan pembaca berkontemplasi (Rachmat Djoko Pradopo, 2002:19). Dalam ilmu filsafat, metafisik adalah abstraksi yang menangkap unsur-unsur hakiki dengan menyampingkan unsur-unsur lain. Sementara dalam karya sastra, metafisik merupakan lapis terakhir dalam strata norma yang dapat memberikan kontemplasi di dalam karya sastra yang dikaji.

Dalam puisi “Karena Kata” karya Sapardi Djoko Damono diatas pengarang seolah berpesan bahwa rasa berserah diri adalah jalan yang terbaik atas segala apapun yang kita rasakan. Pada larik terakhir puisi, pengarang menekan sisi religius dengan memasrahkan segalanya pada untaian doa yang dipanjatkan kepada sang pemberi kehidupan.

About the Author

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

2 komentar:

  1. Komentar saya cuma satu. Puisi ini bukan karya Sapardi Djoko Damono tapi karya AGS Arya Dipayana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes,setuju! Puisi ini bukan karya Sapardi Djoko Damono,tolong di koreksi admin!

      Hapus

 

© 2015 - Distributed By Free Blogger Templates | Lyrics | Songs.pk | Download Ringtones | HD Wallpapers For Mobile