Sabtu, 27 Februari 2016



Analisis puisi Ingat Aku Dalam Doamu karya Karya Ajip Rosidi

 Ingat Aku Dalam Doamu

Ingat aku dalam do'amu: di depan makam Ibrahim
akan dikabulkan Yang Maha Rahim
Hidupku di dunia ini, di alam akhir nanti
lindungi dengan rahmat, limpahi dengan kurnia Gusti

Ingat aku dalam do'amu: di depan makam Ibrahim
di dalam solatmu, dalam sadarmu, dalam mimpimu
Setiap tarikan nafasku, pun waktu menghembuskannya
jadilah berkah, semata limpahan rido Illahi

Ya Robbi!
Biarkan kasih-Mu mengalir abadi
Ingat aku dalam do'a-Mu
Ingat aku dalam firman-Mu
Ingat aku dalam diam-Mu
Ingat aku
Ingat
Amin

Dalam pembahasan ini analisis semiotika dilakukan terhadap karya sastra yang sebaiknya dimulai dengan analisis bahasa dan menggunakan langkah-langkah seperti dalam tataran linguistik wacana. Yaitu dengan menganalisis aspek semantik.
Pada puisi “ingat aku dalam doamu” karya Ajip Rosidi ini akan dikaji melalui analisis semiotik dengan beberapa aspek berikut, yaitu :

1.      Aspek Semantik
Pada puisi “ingat aku dalam doamu” ini, jika dilihat dari penggunaan kata yang dipakai yang mempengaruhi puisi ini adalah:
·         Ingat : berada dalam pikiran, tidak lupa
·         Doa : permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada tuhan
·         Rahim : bersifat pengasih, bersifat penyayang
·         Alam akhir : akhirat, alam setelah kehidupan didunia atau alam baka
·         Rahmat : belas kasih, karunia, berkah dari Allah
·         Kurnia ; karunia : belas kasih, pemberian atau anugerah dr yg lebih tinggi kedudukannya kpd yg lebih rendah
·         Berkah : karunia Tuhan yg mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia; berkat
·         Abadi : kekal, tidak berkesudahan
·         Firman : kata (perintah) Tuhan; sabda

Setelah melihat dan mengartikan kata-kata tersebut maka kita bisa mengkaji lewat konotasi atau bahasa kias yang dipakai Ajip rosidi dalam puisinya yang berjudul :iangat aku dalam doamu” ini.
Dari kata ingat, kita bisa tahu arti yang terkandung dalam kata itu sendiri yaitu berada dalam pikiran, atau tidak lupa. Disini penyair mengharapkan untuk tidak lupa akan tuhannya. Pada kata doa yang ada dalam puisi ini merupakan permohonan kepada tuhan yang dilakukan penyair. Dan permohonan yang diinginnkannya adalah untuk senantiasa ingat kepada tuhannya. Selanjutnya pada kata rahmat, kurnia, dan berkah meiliki arti yang sama yaitu belas kasih tuhan kepada hambanya. Sedangkan rahim sendiri memiliki arti yang bersifat pengasih, dan bersifat penyayang. Disini yang memilki sifat itu tentulah Allah swt. Selanjutnya pada kata alam akhir memiliki arti akhirat atau alam setelah kehidupan didunia. Karena pada hakekatnya dunia ini hanyalah sementara dan kehidupan yang kekal adalah alam akhirat. ssi
Yang terakhir dari kata-kata yang kita ambil adalah firman. Firman disini memiliki arti kata (perintah) dari tuhan atau sabda tuhan. Jadi jika kita urutkan dari awal maka akan bisa kita lihat makna yang terkandung dalam puisi ini adalah bahwa sipenyair ingin mengingat semua karunia, keberkahan, dan rahmat dari Allah yang akan turun kepada hambanya yang senantiasa mengingatnya dalam solat, sadar, mimpi serta tarikan nafasnya karena pada hakekatnya hidup ini tidak kekal dan akan ada akhirat yang akan menanti kita. Selain itu doa si penyair juga ingin selalu ingat akan firman Allah yang telah diturunkan kepada hambanya untuk dikerjakan. Jadi inti yang terkandung dari puisi ini adalah penyair ingin mengingat Tuhan disetiap langkah dan perbuatannya.
Apabila kita lihat makna perbait maka akan terlihat makna-makna keseluruhan yang telah dijelaskan diatas. Untuk itu maka kita analisis makna setiap bait dari puisi karya Ajip Rosidi ini.
 
1.      Bait Pertama
Ingat aku dalam do'amu: di depan makam Ibrahim
akan dikabulkan Yang Maha Rahim
Hidupku di dunia ini, di alam akhir nanti
lindungi dengan rahmat, limpahi dengan kurnia Gusti 
Pada baris pertama terdapat kalimat Ingat aku dalam do'amu: di depan makam Ibrahim penyair membuat kalimat seperti itu, ada kemungkinan bahwa penyair mengingat doa yang ia panjatkan ketia beliau berada di depan makam Nabi Ibrahim.
Pada baris kedua di bait pertama ini terdapat kalimat akan dikabulkan Yang Maha Rahim maksudnya setiap doa yang dipanjatkan seseorang kepada tuhannya passti akan di kabulkan. Dan yang maha rahim disini adalah Tuhan yang maha ESA.
Di baris ketiga terdapat kalimat Hidupku di dunia ini, di alam akhir nanti memiliki arti bahwa hidup itu tidah hanya didunia saja akan tetapi masih ada alam akhir/akhirat yang panjang dan perumpakan tempat dimana kita akan kembali.
Dibaris terakhir ada kalimat lindungi dengan rahmat, limpahi dengan kurnia Gusti disini penyair menyatukan makna dari baris pertama sampai yang terakhir ini maka kesimpulannya adalah jika seseorang selalu mengingat tuhannya, dan selalu berdoa kepada tuhannya maka akan diberikan rahmat dan karunia entah itu pada saat masih hidup didunia atau sampai alam akhir/akhirat.

2.      Bait Kedua
Ingat aku dalam do'amu: di depan makam Ibrahim
di dalam solatmu, dalam sadarmu, dalam mimpimu
Setiap tarikan nafasku, pun waktu menghembuskannya
jadilah berkah, semata limpahan rido Illahi
Seperti halnya pada bait pertama, di bait kedua juga kita bisa menganalisis puisi ini dari setiap baris. Pada baris pertama terdapat kalimat Ingat aku dalam do'amu: di depan makam Ibrahim disini makna yang terkandung sama dengan bait pertam a baris pertama yaitu ada kemungkinan bahwa penyair mengingat doa yang ia panjatkan ketia beliau berada di depan makam Nabi Ibrahim.
Pada baris kedua terdapat kalimat di dalam solatmu, dalam sadarmu, dalam mimpimu disini berbeda dengan yang ada pada bait pertama baris kedua. Jika di bait pertama baris kedua memiliki makna bahwa setiap doa akan dikabulkan maka pada bait kedua baris kedua ini memiliki makna bahwa penyair ingin mengingat tuhannya dimanapun entah itu dalam solat, sadar maupun mimpi.
Pada baris ketiga terdapat kalimat Setiap tarikan nafasku, pun waktu menghembuskannya memiliki makna yang sama dengan baris kedua namun bedanya penyair ingin selalu mengingat tuhannya disetian ia menarik nafas hingga menghembuskannya kembali.
Pada baris terakhir di bait kedua ini terdapa kalimat jadilah berkah, semata limpahan rido Illahi penyair berharap ketika ia mengingat tuhannya dimana pun maka itu akan menjadi berkah untuknya dan sekelilingnya dan selalu mendapat ridhoi dari tuhan.

3.      Bait Ketiga
Ya Robbi!
Biarkan kasih-Mu mengalir abadi
Ingat aku dalam do'a-Mu
Ingat aku dalam firman-Mu
Ingat aku dalam diam-Mu
Ingat aku
Ingat
Amin
Pada baris pertama terdapat kata Ya Robbi! Disini penyair memanjatkan doanya dan memanggil tuhannya kemudian dilanjut dengan baris kedua Biarkan kasih-Mu mengalir abadi disini penyair mengharapkan kasih sayang tuhan untuknya untuk tetap mengalir abadi. ssi
Di baris ketiga, empat dan lima terdapat kalimat Ingat aku dalam dan diikuti kata do'a-Mu, firman-Mu, dan diam-Mu disini penyair berharap agar ia selalu diingatkan untuk berdoa, selalu diingatkan kepada firman tuhan yang telah di turunkan, serta penyair ingin  selalu diingatkan bahwa tuhan selalu ada dimanapun ketika ia diam sekalipun tuhan akan selalu melihatnya.

Analisis puisi Ingat Aku Dalam Doamu

Analisis puisi Ingat Aku Dalam Doamu karya Karya Ajip Rosidi   Ingat Aku Dalam Doamu Ingat aku dalam do'amu: di depan ma...


Cerpen Pelajaran Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma
      


Pelajaran mengarang sudah dimulai.

Kalian punya waktu 60 menit, ujar Ibu Guru Tati.

Anak-anak kelas V menulis dengan kepala hampir menyentuh meja. Ibu Guru Tati menawarkan tiga judul yang ditulisnya di papan putih. Judul pertama Keluarga Kami yang Berbahagia. Judul kedua Liburan ke Rumah Nenek. Judul ketiga Ibu.

Ibu Guru Tati memandang anak-anak manis yang menulis dengan kening berkerut. Terdengar gesekan halus pada pena kertas. Anak-anak itu sedang tenggelam ke dalam dunianya, pikir Ibu Guru Tati. Dari balik kaca-matanya yang tebal, Ibu Guru Tati memandang 40 anak yang manis, yang masa depannya masih panjang, yang belum tahu kelak akan mengalami nasib macam apa.

Sepuluh menit segera berlalu. Tapi Sandra, 10 Tahun, belum menulis sepatah kata pun di kertasnya. Ia memandang keluar jendela. Ada dahan bergetar ditiup angin kencang. Ingin rasanya ia lari keluar dari kelas, meninggalkan kenyataan yang sedang bermain di kepalanya. Kenyataan yang terpaksa diingatnya, karena Ibu Guru Tati menyuruhnya berpikir tentang Keluarga Kami yang Berbahagia, Liburan ke Rumah Nenek, Ibu.  Sandra memandang Ibu Guru Tati dengan benci.

Setiap kali tiba saatnya pelajaran mengarang, Sandra selalu merasa mendapat kesulitan besar, karena ia harus betul-betul mengarang. Ia tidak bisa bercerita apa adanya seperti anak-anak yang lain. Untuk judul apapaun yang ditawarkan Ibu Guru Tati, anak-anak sekelasnya tinggal menuliskan kenyataan yang mereka alami. Tapi, Sandra tidak, Sandra harus mengarang. Dan kini Sandra mendapat pilihan yang semuanya tidak menyenangkan.

Ketika berpikir tentang Keluarga Kami yang Berbahagia, Sandra hanya mendapatkan gambaran sebuah rumah yang berantakan. Botol-botol dan kaleng-kaleng minuman yang kosong berserakan di meja, di lantai, bahkan sampai ke atas tempat tidur. Tumpahan bir berceceran diatas kasur yang spreinya terseret entah ke mana. Bantal-bantal tak bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup dan sejumlah manusia yang terus menerus mendengkur, bahkan ketika Sandra pulang dari sekolah.

Lewat belakang, anak jadah, jangan ganggu tamu Mama, ujar sebuah suara  dalam ingatannya, yang ingin selalu dilupakannya.


Lima belas menit telah berlalu. Sandra tak mengerti apa yang harus dibayangkanya tentang sebuah keluarga yang berbahagia.

Mama, apakah Sandra punya Papa?

Tentu saja punya, Anak Setan! Tapi, tidak jelas siapa! Dan kalau jelas siapa belum tentu ia mau jadi Papa kamu! Jelas? Belajarlah untuk hidup tanpa seorang Papa! Taik Kucing dengan Papa!

Apakah Sandra harus berterus terang? Tidak, ia harus mengarang. Namun ia tak punya gambaran tentang sesuatu yang pantas ditulisnya.

Dua puluh menit berlalu. Ibu Guru Tati mondar-mandir di depan kelas. Sandra mencoba berpikir tentang sesuatu yang mirip dengan Liburan ke Rumah Nenek dan yang masuk kedalam benaknya adalah gambar seorang wanita yang sedang berdandan dimuka cermin. Seorang wanita dengan wajah penuh kerut yang merias dirinya dengan sapuan warna yang serba tebal. Merah itu sangat tebal pada pipinya. Hitam itu sangat tebal pada alisnya. Dan wangi itu sangat memabukkan Sandra.

Jangan Rewel Anak Setan! Nanti kamu kuajak ke tempatku kerja, tapi awas, ya? Kamu tidak usah ceritakan apa yang kamu lihat pada siapa-siapa, ngerti? Awas!
Wanita itu sudah tua dan menyebalkan. Sandra tak pernah tahu siapa dia. Ibunya memang memanggilnya Mami. Tapi semua orang didengarnya memanggil dia Mami juga. Apakah anaknya begitu banyak? Ibunya sering menitipkan Sandra pada Mami itu kalau keluar kota berhari-hari entah ke mana.

Di tempat kerja wanita itu, meskipun gelap, Sandra melihat banyak orang dewasa berpeluk-pelukan sampai lengket. Sandra juga mendengar musik yang keras, tapi Mami itu melarangnya nonton.

Anak siapa itu?

Marti.

Bapaknya?

Mana aku tahu!

Sampai sekarang Sandra tidak mengerti. Mengapa ada sejumlah wanita duduk diruangan kaca ditonton sejumlah lelaki yang menujuk-nunjuk mereka.

Anak kecil kok dibawa kesini, sih?

Ini titipan si Marti. Aku tidak mungkin meninggalkannya sendirian dirumah. Diperkosa orang malah repot nanti.

Sandra masih memandang keluar jendela. Ada langit biru diluar sana. Seekor burung terbang dengan kepakan sayap yang anggun.

***

Tiga puluh menit lewat tanpa permisi. Sandra mencoba berpikir tentang Ibu. Apakah ia akan menulis tentang ibunya? Sandra melihat seorang wanita yang cantik. Seorang wanita yang selalu merokok, selalu bangun siang, yang kalau makan selalu pakai tangan dan kaki kanannya selalu naik keatas kursi.

Apakah wanita itu Ibuku? Ia pernah terbangun malam-malam dan melihat wanita itu menangis sendirian.

Mama, mama, kenapa menangis, Mama?

Wanita itu tidak menjawab, ia hanya menangis, sambil memeluk Sandra. Sampai sekarang Sandra masih mengingat kejadian itu, namun ia tak pernah bertanya-tanya lagi. Sandra tahu, setiap pertanyaan hanya akan dijawab dengan Diam, Anak Setan! atau Bukan urusanmu, Anak Jadah atau Sudah untung kamu ku kasih makan dan ku sekolahkan baik-baik. Jangan cerewet kamu, Anak Sialan!

Suatu malam wanita itu pulang merangkak-rangkak karena mabuk. Di ruang depan ia muntah-muntah dan tergelatak tidak bisa bangun lagi. Sandra mengepel muntahan-muntahan itu tanpa bertanya-tanya. Wanita yang dikenalnya sebagai ibunya itu sudah biasa pulang dalam keadaan mabuk.

Mama kerja apa, sih?

Sandra tak pernah lupa, betapa banyaknya kata-kata makian dalam sebuah bahasa yang bisa dilontarkan padanya karena pertanyaan seperti itu.

Tentu, tentu Sandra tahu wanita itu mencintainya. Setiap hari minggu wanita itu mengajaknya jalan-jalan ke plaza ini atau ke plaza itu. Di sana Sandra bisa mendapat boneka, baju, es krim, kentang goreng, dan ayam goreng. Dan setiap kali makan wanita itu selalu menatapnya dengan penuh cinta dan seprti tidak puas-puasnya. Wanita itu selalu melap mulut Sandra yang belepotan es krim sambil berbisik, Sandra, Sandra …”

Kadang-kadang, sebelum tidur wanita itu membacakan sebuah cerita dari sebuah buku berbahasa inggris dengan gambar-gambar berwarna. Selesai membacakan cerita wanita itu akan mencium Sandra dan selalu memintanya berjanji menjadi anak baik-baik.

Berjanjilah pada Mama, kamu akan jadi wanita baik-baik, Sandra.

Seperti Mama?

Bukan, bukan seperti Mama. Jangan seperti Mama.

Sandra selalu belajar untuk menepati janjinya dan ia memang menjadi anak yang patuh. Namun wanita itu tak selalu berperilaku manis begitu. Sandra lebih sering melihatnya dalam tingkah laku yang lain. Maka, berkelebatan di benak Sandra bibir merah yang terus menerus mengeluaran asap, mulut yang selalu berbau minuman keras, mata yang kuyu, wajah yang pucat, dan pager

Tentu saja Sandra selalu ingat apa yang tertulis dalam pager ibunya. Setiap kali pager itu berbunyi, kalau sedang merias diri dimuka cermin, wanita itu selalu meminta Sandra memencet tombol dan membacakannya.

      
DITUNGGU DI MANDARIN
KAMAR: 505, PKL 20.00

Sandra tahu, setiap kali pager ini menyebut nama hotel, nomor kamar, dan sebuah jam pertemuan, ibunya akan pulang terlambat. Kadang-kadang malah tidak pulang sampai dua atau tiga hari. Kalau sudah begitu Sandra akan merasa sangat merindukan wanita itu. Tapi, begitulah , ia sudah belajar untuk tidak pernah mengungkapkanya.

***

Empat puluh menit lewat sudah.

Yang sudah selesai boleh dikumpulkan, kata Ibu guru Tati.

Belum ada secoret kata pun di kertas Sandra. Masih putih, bersih, tanpa setitik pun noda. Beberapa anak yang sampai hari itu belum mempunyai persoalan yang teralalu berarti dalam hidupnya menulis dengan lancar. Bebarapa diantaranya sudah selesai dan setelah menyerahkannya segera berlari keluar kelas.

Sandra belum tahu judul apa yang harus ditulisnya.

Kertasmu masih kosong, Sandra? Ibu Guru Tati tiba-tiba bertanya. 
Sandra tidak menjawab. Ia mulai menulis judulnya: Ibu. Tapi, begitu Ibu Guru Tati pergi, ia melamun lagi. Mama, Mama, bisiknya dalam hati. Bahkan dalam hati pun Sandra telah terbiasa hanya berbisik.

Ia  juga hanya berbisik malam itu, ketika terbangun karena dipindahkan ke kolong ranjang. Wanita itu barangkali mengira ia masih tidur. Wanita itu barangkali mengira, karena masih tidur maka Sandra tak akan pernah mendengar suara lenguhnya yang panjang maupun yang pendek di atas ranjang. Wanita itu juga tak mengira bahwa Sandra masih terbangun ketika dirinya terkapar tanpa daya dan lelaki yang memeluknya sudah mendengkur keras sekali. Wanita itu tak mendengar lagi ketika dikolong ranjang Sandra berbisik tertahan-tahan Mama, mama …” dan pipinya basah oleh air mata.

Waktu habis, kumpulkan semua ke depan, ujar Ibu Guru Tati.

Semua anak berdiri dan menumpuk karanganya di meja guru. Sandra menyelipkan kertas di tengah.
Di rumahnya, sambil nonton RCTI, Ibu Guru Tati yang belum berkeluarga memeriksa pekerjaan murid-muridnya. Setelah membaca separo dari tumpukan karangan itu, Ibu guru Tati berkesimpulan, murid-muridnya mengalami masa kanak-kanak yang indah.
Ia memang belum sampai pada karangan Sandra, yang hanya berisi kalimat sepotong:

Ibuku seorang pelacur

Pelajaran Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma

Cerpen Pelajaran Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma        Pelajaran mengarang sudah dimulai. Kalian punya waktu 60 men...

 

© 2015 - Distributed By Free Blogger Templates | Lyrics | Songs.pk | Download Ringtones | HD Wallpapers For Mobile